BMKG: 8 Provinsi di Indonesia Terancam Kekeringan saat Musim Kemarau

Ilustrasi

infobanten. id | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus-September 2019 mendatang. Akibat dari perubahan iklim itu, delapan provinsi di Indonesia diperkirakan akan mengalami kekeringan, (29/06/2019).

Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan BMKG, Nasrullah menjelaskan, delapan daerah itu ialah Banten (Kab. Tangerang), Jawa Barat (seluruh wilayah), Yogyakarta (seluruh wilayah), Jawa Timur (Kab. Malang), Bali (Kab. Buleleng), NTB (seluruh wilayah), NTT (Kab. Lembata, Kota Belu, dan Kupang) dan Papua (Kab. Jayapura).

Ia menjelaskan, kekeringan di sana disebabkan berkurangnya curah hujan dan musim kemarau yang panjang atau biasa disebut kekeringan meteorologis. Berdasarkan pengamatannya, seluruh wilayah itu sudah tidak pernah diguyur hujan selama 30 hari.

“Data permukaan hari tanpa hujan di dapatkan dari sekitar 6000-an pos pengukuran hujan di seluruh Indonesia,” kata Nasrullah.

Meski kini sudah memasuki musim kemarau, kata dia, beberapa wilayah di Indonesia masih berpotensi diterpa hujan, seperti di Jawa Timur, Bali, dan NTB karena aktivitas gelombang atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) bertahan cukup lama, sehingga berperan meningkatkan suplai massa udara basah di sebagian besar wilayah Tanah Air.

“Di Juni dasarian kedua, gelombang atmosfer MJO bertahan cukup lama,” ujarnya.

Adapun jangka waktu masa musim kemarau dapat berlangsung hingga Oktober 2019 mendatang. Ia memprediksi nantinya beberapa wilayah di Indonesia bagian barat akan mulai memasuki musim hujan terlebih dahulu. Namun, saat ini dirinya belum bisa menjelaskan secara detail ihwal daerah mana saja.

“(Nanti) BMKG akan secara resmi merilis prakiraan musim,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Subbidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto mengklaim pihaknya bersama petugas penyuluh pertanian dari Kementerian Pertanian (Kementan) selalu turun ke lapangan memberikan informasi dan dan edukasi peringatan dini datangnya kekeringan kepada para petani.

Ia mengaku dudah banyak kelompok tani mendapatkan pelatihan soal pemahaman informasi iklim yang teraplikasi pada pertanian dalam program Sekolah Lapang Iklim (SLI) BMKG-Kementan.

“Program SLI sudah mulai dari 2011. Sekarang sudah 7000an petani atau kelompok tani alumni SLI,” katanya. (*)