Lalu Muhammad Zohri menyentak Indonesia dan Dunia, dalam Ajang Lari Estafet IAAF

Lalu Muhammad Zohri

infobanten.id | Saat banyak orang Indonesia seperti banyak orang pula di belahan lain Bumi tengah “tersihir” ajang Piala Dunia 2018, Zohri membuktikan bahwa anak bangsa ini bisa menjadi juara dunia dari cabang olahraga lari jarak pendek. pada Kamis (12/07/2018) dini hari atau Rabu (11/07/2018) petang waktu Tampere, Finlandia.

Untuk pertama kalinya, nama Indonesia mencuat di ajang lari dunia kelompok umur 20 tahun yang digelar Asosiasi Internasional Federasi Atletik (IAAF World U-20 Championship), sejak hajatan itu pertama kali digelar pada 1986, bahkan di ajang dunia untuk kompetisi atletik yang mana saja.

Itu pun, dalam video yang disertakan IAAF dalam cuitan Twitter di atas, awal mulanya sosok Zohri disebut hanya laiknya sebagai “satu lagi nama pelari lain” yang ikut berlaga.

Berlaga di nomor 100 meter, Zohri yang baru pertama kali mengikuti ajang Kejuaraan Dunia U-20 ini menempati lintasan lari (lane) paling luar alias jalur kedelapan pada babak final. Posisi tersebut kerap diasosikan dengan lintasan atlet tak diunggulkan, disebut terakhir seperlunya.

Siapa sangka, justru sosok ini yang menjadi juara. Dari lintasan terluar, Zohri mempecundangi favorit juara dari nomor sprint 100 meter ini, Anthony Schwartz dan Eric Harrison dari Amerika Serikat.

Catatan waktu Zohri adalah 10 menit 18 detik (dengan percepatan angin searah pelari 1,2 meter/detik).

Berikut adalah jejak Zohri, pelari asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, kelahiran 1 Juli 2000. Bersamanya, harapan baru Indonesia pun bersemi, setidaknya melihat sejumlah reaksi antusias dari dalam negeri atas prestasi Zohri.

Debut Pelari Pengganti

NAMA Lalu Muhammad Zohri pertama kali muncul dalam berita halaman olahraga harian salah satu media cetak pada edisi Jumat 15 Desember 2017. Itu pun, benar-benar di baris terakhir artikel tentang evaluasi capaian para atlet dalam Kejuaraan Nasional Atletik 2017.

Zohri belum menjadi salah satu atlet yang dievaluasi itu. Nama dia muncul pada baris paling akhir artikel adalah terkait kepastian kehadiran pelari pengganti bagi Iswandi, atlet lari estafet 4×100 meter.

Dari para narasumber PB Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI)—menyebut harapan cabang olahraga ini di Asian Games 2018 hanya dari nomor lari estafet, dengan Zohri sebagai salah satu pelarinya.

Bukan berarti Zohri tak punya capaian apa-apa selama bergabung ke Pelatihan Nasional (Pelatnas) PB PASI per awal 2018 itu. Catatan waktu terbaiknya tidak pula hanya datang dari nomor lari estafet. Pada Februari 2018, misalnya, Zohri sudah dikirim ikut uji tanding Asian Games 2018. Di final, dia melewati garis finis nomor sprint 100 meter dengan catatan waktu 10 menit 32 detik.

Kemudian, saat dikirim uji tanding ke Amerika Serikat pada April 2018, Zohri juga sudah menyumbang medali perak untuk nomor 100 meter juga dengan waktu 10 menit 33 detik.

Sebulan sebelum berlaga di IAAF World U-20 Championship, Zohri juga kembali menunjukkan peningkatan performa di nomor sprint.

Dalam ajang Kejuaraan Asia Atletik Yunior 2018 di Jepang pada Juni 2018, Zohri menyumbang emas dari nomor ini dengan catatan waktu 10 menit 27 detik. Catatan waktu Zohri memang belum memecahkan rekor seniornya sesama atlet Pelatnas. Merujuk data rekor PB PASI, waktu terbaik nomor 100 meter adalah 10 menit 17 detik (dengan percepatan angin searah pelari 0,8 meter/detik) yang dibukukan Suryo Agung Wibowo pada 13 Desember 2009.

Namun, prestasi Zohri di ajang kompetisi junior selama 2018 sudah jauh melampaui mantan pelari nasional yang cukup terkenal pada masanya, Mardi Lestari, untuk nomor pertandingan yang sama. Waktu terbaik Mardi di tingkat junior adalah 10 menit 48 detik, dibukukan pada 4 Desember 1987.

Akurasi data di atas masih perlu dicek ulang juga, mengingat keterangan yang tertera menyebutkan, data tersebut adalah hasil pembaruan per 21 Januari 2015.

Sebelum Zohri, atlet lari Indonesia yang pernah melambung namanya di ajang internasional untuk nomor sprint 100 meter adalah Purnomo M Yudi.

Pernah menjadi juara Asia, Purnomo juga sempat memegang rekor nasional dengan catatan waktu 10 menit 32 detik. Prestasi tertingginya adalah masuk babak semifinal Olimpiade Los Angeles 1984 sekaligus menjadi satu-satunya wakil Asia yang menembus babak tersebut.

Adapun di tingkat Asia, sosok yang kerap disebut sebagai legenda Indonesia untuk nomor atletik adalah almarhum M Sarengat. Nama peraih dua medali emas Asian Games 1962 dari nomor 100 meter dan 200 meter itu kemudian diabadikan sebagai nama stadion di Batang, Jawa Tengah. (*)

Diperoleh dari berbagai sumber