infobanten.id | Gempa bermagnitudo 6,9 mengguncang Lombok Timur, Minggu (19/8/2018) malam mengakibatkan 10 orang meninggal. Sementara itu, banyak warga yang masih trauma dan memilih berada di luar rumah karena khawatir akan gempa susulan. Selain itu, gempa juga memicu kebakaran hebat di Desa Pulau Bungin. Sebanyak 23 rumah warga ludes terbakar.
Gempa membuat tiang listrik roboh dan mengalami korslet yang diduga memicu kebakaran. Berikut fakta-fakta terbaru pasca-gempa bermagnitudo 6,9 di Lombok Timur semalam:
1. Magnitudo gempa terbesar diralat Pusat gempa Lombok 19 Agustus 2018 pukul 21.56 WIB Awalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa yang terjadi pada pukul 22.56 Wita itu bermagnitudo 7. Namun, magnitudo kemudian diralat menjadi 6,9. Lokasi pusat gempa berada di 8.28 LS dan 116.71 BT atau sekitar 30 km arah timur laut Lombok Timur pada kedalaman 10 km. Bermagnitudo di Atas 5 Guncang Lombok.
2. Gempa berulang kali terjadi Dalam sehari, Minggu, gempa dengan magnitudo lebih dari 5 terjadi berulang kali. Pada siang hari, misalnya, gempa berkekuatan 5,4 dan 6,5 terjadi hanya dalam selang waktu 4 menit. Pada malam hari, barulah gempa berkekuatan 6,9 terjadi, tepatnya pada pukul 22.56 Wita. Pasca-gempa yang menghentak ini, BMKG mencatat hingga Senin (20/8/2018) pukul 11.00 Wita, telah terjadi 101 kali gempa susulan.
3. Rumah warga terbakar pasca-gempa Kebakaran hebat terjadi di Desa Bungis, Kabupaten Sumbawa pasca gempa 7,0 menguncang Lombok Timur, NTB (19/8/2018) malam.
Kebakaran hebat terjadi di Desa Pulau Bungin, Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, NTB setelah terjadi gempa bermagnitudo 6,9, Minggu malam. Gempa membuat tiang listrik di Desa Bungis roboh menimpa rumah warga dan menyebabkan arus pendek. Akibatnya, 23 rumah ludes terbakar dan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
4. Bandara tetap beroperasi Para tamu hotel di Aston Inn, Mataram, Lombok berhamburan keluar setelah gempa bermagnitudo 7 mengguncang Lombok dan sekitarnya, Minggu (19/8/2018) malam.
Pasca-gempa bermagnitudo 6,9, Bandara Internasional Lombok tetap beroperasi. Gempa bumi dilaporkan tidak mengganggu penerbangan dari dan menuju Lombok, NTB. Baca Juga: Pasca-gempa Magnitudo 7, Aktivitas di Bandara Lombok Tetap Normal
5. BNPB: 10 korban meninggal dunia Petugas medis memindahkan pasien dari ruang perawatan ke tenda usai terjadi gempa di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Minggu (19/8/2018). Sejumlah pasien di rumah sakit tersebut dipindahkan ke tenda dan lorong rumah sakit pascagempa bermagnitudo 7 yang berpusat di Lombok Timur pada Minggu malam.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan ada 10 orang meninggal dunia akibat gempa bumi bermagnitudo 6,9 di Lombok, Nusa Tenggara Barat, pada Minggu (19/8/2018) malam. Selain itu, 24 orang luka-luka, 151 unit rumah dan 6 rumah ibadah rusak.
Menurut BNPB, daya ini masih sementara. Dari data 10 orang yang meninggal dunia, 4 orang berasal dari Kabupaten Lombok Timur, Sumbawa Besar 5 orang, dan Sumbawa Barat 1 orang.
6. Warga pilih tidur di trotoar Warga membuat tenda dan memilih tetap berada di luar rumah pascagempa di Ampenan, Mataram, NTB, Minggu (19/8/2018). Gempa bumi berkekuatan 7 Skala Richter kembali mengguncang Lombok pada Minggu malam pukul 22.56 Wita yang berpusat di timur laut Lombok Timur pada kedalaman 10 km.
Gempa yang berulang kali mengguncang pada Minggu malam membuat warga trauma pulang ke rumah. Sejumlah lapangan di Mataram dipenuhi warga yang khawatir lalu mendirikan tenda, misalnya lapangan di halaman Gedung TVRI, lapangan di dekat Islamic Center Jalan Udayana, dan Lapangan Auri. Tak sedikit pula warga yang mendirikan tenda ala kadarnya di atas trotoar seperti di Jalan Majapahit. Bahkan, tidak sedikit yang tidur beralaskan tikar tanpa menggunakan terpal.
7. Gempa tak dapat diprediksi Ketua Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika, Dwikorita Karnawati (kiri) saat berkoordinasi dengan Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono, di lokasi Posko Terpadu Bencana Gempa Kalibening, Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (21/4/2018), BMKG meminta masyarakat untuk tidak termakan isu hoaks mengenai akan terjadinya gempa besar. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, peristiwa gempa bumi tidak bisa diprediksi seperti halnya manusia tidak mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. (*)