infobanten.id | Pemberian edukasi seks bagi anak-anak diharapkan jangan lagi dianggap tabu oleh masyarakat. Terlebih, saat ini kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak pun kian meningkat di Indonesia.
Wakil Ketua 1 TP PKK Serang, Ana Mardiana Subadri, mengatakan bahwa saat ini kondisi Indonesia sangat memprihatinkan. Mengingat berbagai kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak terus menerus muncul ke permukaan.
“Memang yah mungkin salah satu faktor penyebabnya adalah penggunaan gadget yang tidak benar. Anak atau masyarakat mungkin menggunakan gadget untuk menonton hal yang tidak baik, sehingga mendorong mereka melakukan tindakan tersebut,” ujarnya di Cipocok Jaya, Kamis (6/1).
Maka dari itu, dirinya yang mengetuai Pokja 1 TP PKK Kota Serang mengaku akan menggencarkan program sosialisasi pola asuh anak. Sehingga, anak-anak di Kota Serang tidak terjebak dengan pengaruh negatif gawai dan internet.
“Kebetulan di Pokja saya ada program Pola Asuh Anak dan Remaja (PAR). Memang ini dilakukan agar orang tua dapat mempersiapkan anak-anak kita yang akan menginjak dewasa, yang masih labil dari segi emosional dan tinggi rasa ingin tahu,” terangnya.
Salah satunya, ia ingin agar edukasi seks untuk anak tidak lagi dianggap tabu untuk dilakukan. Karena dengan edukasi seks yang baik, maka anak-anak menjadi tahu bagaimana untuk menjaga diri dari predator seksual.
“Sebenarnya guru pertama itu orang tua. Sedini mungkin seharusnya mengajarkan mana bagian tubuh yang tidak boleh disentuh meskipun oleh sesama jenis. Mana yang boleh diperlihatkan, mana yang tidak boleh diperlihatkan. Usia 5 hingga 6 tahun itu sudah harus diajarkan,” katanya.
Menurutnya, edukasi seks harus benar-benar dilakukan oleh orang tua sedini mungkin. Sebab berkaca dari berbagai kasus yang tengah marak, justru para pelaku mayoritas didominasi oleh orang-orang terdekat. Tidak terkecuali keluarga dan lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren.
“Memang sekarang ini sangat marak pelaku-pelaku berasal dari lingkaran orang terdekat. Entah keluarga, saudara dan tetangga. Bahkan di beberapa kasus, guru mereka di Ponpes pun melakukan hal itu,” ungkapnya. (Red)