Priyai Dari Serang Banten, Penyandang Gelar Dokter Pertama di Indonesia

.

infobanten.id | Serang . Pada zaman Hindia Belanda, pemerintah kolonial pada awalnya masih menerapkan diskriminasi pada pendidikan. Diskriminasi tersebut baru mulai dihapuskan pada 1920-an.
Namun, sebelum pemerintah kolonial Belanda menghapuskan diskriminasi, Indonesia telah memiliki doktor pertama. Siapakah dia?

Siapa Penyandang Gelar Doktor Pertama di Indonesia?

Orang Indonesia pertama yang berhasil mendapatkan gelar doktor adalah Hoesein Djajadiningrat. Sosok yang juga memiliki nama Pangeran Ario Hoesein Djajadiningrat ini merupakan pribumi dari kalangan berada.

Hoesein lahir pada 8 Desember 1885 di Kramat Watu, distrik yang berlokasi antara Serang dan Cilegon, Karesidenan Banten.

Dikutip dari Museum IPB, sejak kecil Hoesein Djajadiningrat telah memperoleh pendidikan agama dari kedua orang tuanya, mulai dari mengaji; salat lima waktu, dan berpuasa.

Pendidikan Hoesein Djajadiningrat

Di samping pendidikan agama, Hoesein Djajadiningrat juga mendapatkan pendidikan formal. Pada usia 6 tahun menempuh pendidikan Europeesche Lagere School (ELS) yang setara SD di Serang.

Pada saat duduk di kelas 6 SD, dia memutuskan pindah sekolah ke Kok en van Diggelen, sekolah swasta berasrama. Di sekolah ini dia berkenalan dengan Dr C Snouck Hurgronje.

Hoesein Djajadiningrat melanjutkan pendidikannya ke Hoogere Burgerschool (HBS) selama lima tahun dari 1899 sampai 1904. Dia pun melanjutkan pendidikannya ke Belanda.

Pendidikan Hoesein Djajadiningrat di Belanda dimulai pada 1905. Dia menjadi mahasiswa jurusan bahasa dan kesusasteraan Nusantara Universitas Leiden. Hoesein lulus studi jenjang sarjana pada 1910 dengan predikat cumlaude.

Melanjutkan hingga Jenjang Doktoral

Hasil ujian yang cemerlang menjadikan Hoesein Djajadiningrat mendapat dukungan penuh dari para dosen untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang doktoral. Dia berhasil mempertahankan disertasi yang berjudul “Critische Beschouwing van de Sedjarah Banten (Tinjauan Kritis Terhadap Sejarah Banten)”.

Hoesein Djajadiningrat mempertahankan disertasinya di depan para penguji di bawah pimpinan Rektor Universitas Leiden, Dr BD Eedmans. Ujiannya dilakukan pada Sabtu, 3 Mei 1913 pukul 16.00.

Selama studi doktoral dan menyusun disertasi, dia dibimbing Dr C Snouck Hurgronje sebagai promotor.

Dikatakan dalam buku Ruang Rias: Menguak Budaya dan Estetika Keputren Pura Mangkunegaran Surakarta oleh Atridia Wilastrina, Hoesein Djajadiningrat sendiri kemudian menikah dengan anak putri tertua Mangkunegara VII, yaitu B R Ay Partini. (*)