infobanten.id | Pemprov Banten berencana melakukan peningkatan fisik gedung RSUD Banten menjadi delapan lantai. Anggaran yang diperlukan sekitar Rp 150 miliar.
Sekda Banten Al Muktabar usai melihat presentasi pembangunan RSUD Banten 8 lantai di ruang rapat RSUD Banten, Kota Serang mengungkapkan, RSUD Banten menjadi rumah sakit rujukan nasional merupakan program yang dicanangkan Gubernur dan Wakil Gubernur Banten Wahidin Halim (WH)-Andika Hazrumy.
“Tadi ada konsultan yang paparan lalu kita coba untuk menyesuaikan ke kultur-kultur Banten, kearifan lokal kita coba adobsi. Sering saya katakan pemerintah hadir untuk mengcover agenda-agenda bagi kesehatan masyarakat. Itu konteks besar yang saya coba tunjukkan,” katanya Al Muktabar, Selasa (16/07/2019) .
Al Muktabar menjelaskan, dari desain awal sebenarnya gedung yang akan dibangun adalah berlantai 10. Akan tetapi gedung dengan konsep tersebut harus mengantongi izin dari pemerintah pusat. Atas segala pertimbangan, akhirnya pemprov memutuskan hanya akan membangun sampai delapan lantai.
Walau demikian pemprov masih mengintip peluang gedung tetap dibangun 10 lantai. Hal itu akan ditentukan jika proses perizinan di pemerintah pusat tak memakan waktu yang terlalu lama.
Kalau memang kita bisa tidak bisa cepat dengan disain itu kita turunkan pada kewenangan kita jadi delapan (lantai). Lalu volumenya sedang kita hitung mau ditambahkan ke mana,” katanya.
Pelaksanaan rangkaian pembangunan gedung delapan lantai itu sendiri, kata dia sudah dilakukan mulai tahun kemarin berupa pembebasan lahan. Semenatra untuk pembangunan fisik gedung ditargetkan digarap pada 2020 mendatang.
“Ini sudah berprogres, kemarin dalam tahapan pembebasan lahan, kita akan sesegera masuk untuk masuk ke agenda fisik. Prediksi maksimalnya itu di 2020 ya. Itu yang akan kita maksimalkan dari pembangunan fisiknya, tapi di sekarang sudah desain dan seterusnya sudah kita mulai,” ungkapnya.
Disinggung soal estimasi anggaran yang dibutuhkan, Al Muktabar mengaku hingga kini masih terus menghitungnya. Meski demikian, perkiraan awal proyek tersebut akan memakan biaya sekitar Rp 150 miliar.
“Sedang kita siapkan sekarang ya karena dihitung ulang dengan kekinian (harga terbaru. Mungkin ya kalau saya kemarin mencoba (menghitung) di atas Rp 150 miliar,” tuturnya.
Melalui pembangunan tersebut kata dia, maka semua fasilitas sebagai rumah sakit rujukan regional bisa seluruhnya tersedia.
“Bicara volume karena standar itu ada aturannya. Dengan segala aturan standar Kementerian Kesehatan kan sudah dengan segala standarnya. Jadi kita memenuhi standar itu sebenarnya,” ujarnya.
Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD Banten Drajat Ahmad Saputra mengatakan, RSUD Banten sebagai rumah sakit tujukan regional meruapakan amanat rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Banten 2017-2022.
Jika 2022 target sudah harus tercapai maka pembangunan fisik selambat-lambatnya harus sudah dikerjakan pada 2020. Karenanya, pihaknya akan mencoba memasukan program penyunan detail engineering design (DED) pada Perubahan APBD 2019.
Sebelumnya harus menjadi rumah sakit pendidikan dulu. Berarti kalau 2022 rujukan regional misalnya, menjadi (rumah sakit) pendidikan di 2021. Sementara membangun itu kurang lebih paling cepat dua tahun. Berarti idealnya 2020 itu sudah mulai. Kita punya waktu efektif dua tahun,” paparnya.
Dengan dibangunnya gedung delapan lantai maka akan ada sejumlah penambahan fasilitas yang saat ini belum ada. Salah satunya adalah chemotherapy dan rehabilitasi medik serta penanganan kasus kelainan darah yang selama ini masih dirujuk ke rumah sakit lain.
Di gedung 8 delapan lantai paling tidak ya 200-300 tempat tidur pasien. Harapannya total (RSUD Banten) memiliki 400 atau 500. Lalu fasilitas pendidikan mahasiswa kedokteran bukan hanya FK (Fakultas Kedokteran) Untirta saja tapi seluruh FT yang berninat bergabung untuk kerja sama,” pungkasnya. (*)