infobanten.id | Suasana duka warga Sembalun Lawang, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) begitu terasa pascagempa magnitudo 6,9 pada Minggu (19/8/2018). Pada malam takbiran jelang Idul Adha, tidak terdengar gema takbir di masjid sekitar.
Warga lebih memilih bertahan di tenda darurat di halaman rumah atau di posko pengungsian setelah sejak Selasa (21/8/2018) sore sampai malam, kawasan itu diguyur hujan.
Akibat guyuran hujan sejak sore, tidak ada suara takbiran dari speaker masjid yang masih bertahan dari guncangan gempa. Warga masih trauma akan gempa yang berulang-ulang menghajar wilayah tersebut. Terlihat sejumlah nyala api di depan beberapa tenda darurat milik warga. Api tersebut dinyalakan warga untuk menghangatkan tubuhnya mengingat suhu mencapai 10 derajat celcius.
Sesekali terdengar mobil patroli kepolisian yang melakukan pengamanan di kawasan permukiman. Padahal sebelum gempa bumi magnitudo 6,4 pada 29 Juli 2018, denyut nadi wisata alam pendakian Gunung Rinjani begitu terasa di Sembalun Lawang.
“Apalagi bulan Agustus puncak musim pendakian, saat ini sepi jadi kota hantu,” kata tokoh pemuda Sembalun, Rosidin Sembaluhun.
Hal serupa dikatakan oleh Fia, pedagang di Sembalun, malam takbiran saat ini sepi tidak ada takbiran di masjid. “Kegiatan sekarang paling hanya di tenda darurat saja,” katanya.
Sementara itu, Salat Ied di Sembalun Lawang akan digelar di SDN 3 Sembalun Lawang, SDN 2 Sembalun Lawang dan Posko Utama pengungsian di Lapangan umum Sembalun serta Posko Sanjang. (*)