infobanten.id | Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten menghimbau warga untuk mewaspadai dampak fenomena La Nina dengan terjadinya intensitas curah hujan tinggi yang menyebabkan potensi banjir dan tanah longsor bahkan banjir bandang.
“Maka kita juga harus tetap waspada dengan adanya fenomena ini, yang bisa mengakibatkan banjir bandang, dan longsor. Selain itu untuk daerah yang rawan longsor agar selalu waspada,” Kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Banten, Nana Suryana di Serang, Sabtu.
Nana mengatakan, wilayah yang harus diwaspadai dengan dampak fenomena ini adalah perbukitan. Karena dengan curah hujan tinggi dapat menyebabkan terjadinya potensi longsor dan banjir bandang.
“Kalau daerah paling rawan banjir bandang dan longsor di Provinsi Banten itu potensinya ada wilayah Kabupaten Lebak, Pandeglang, Serang dan Cilegon,” katanya.
Ia menuturkan, jika melihat secara umum dengan fenomena ekstrim ini, seluruh wilayah Provinsi Banten akan terdampak dengan terjadinya banjir.
“Tetapi kalau untuk banjirnya itu hampir merata di wilayah Banten terjadi. Wilayah Tangerang pun bisa terjadi karena ada kiriman alirang sungai dari Tangerang Raya,” kata Nana.
Ia menjelaskan, dalam upaya mengantisipasi terjadinya bencana tersebut. Pihaknya akan melakukan pemantauan serta memberikan mitigasi bencana, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat.
“Untuk himbauan-nya kepada masyarakat tetap waspada, meningkatkan mitigasi melalui evakuasi mandiri. Kemudian masyarakat juga supaya tetap tenang tidak panik serta menghindari lokasi yang secara kasat mata itu bisa terjadi longsor,” kata dia.
Bedasarkan catatan BPBD Provinsi Banten, bahwa dari bulan Januari hingga September 2020 ini terjadi bencana alam dengan didominasi banjir dan longsir serta angin puting beliung.
sedangkan untuk bencana gempa bumi terakhir itu terjadi di bulan Juni 2020 di laut pada jarak 62 Kilometer barat daya Lebak dengan kedalaman 17 Kilometer berkekuatan 4.0.
“Kemudian yang berlangsung saat ini itu bencana non alam atau COVID. Serta terjadi kemarin itu bencana angin puting beliung, di Pandeglang,” kata Nana. (*)