infobanten.id | Harus diakui wisata sejarah memiliki daya tarik tersendiri. Karena itu, peringatan 70 tahun Pertempuran Plataran yang melibatkan Akademi Militer (MA) Yogya di Sleman diharapkan tidak sekadar mengenang perjuangan para pahlawan tetapi juga bisa menjadi atraksi yang mampu mendongkrak kunjungan wisatawan. Acara yang digelar 23 – 24 Februari 2018 ini pun diisi tak hanya sekadar napak tilas sejarah, namun juga berbagai atraksi budaya.
Rangkaian peringatan 70 tahun Pertempuran Plataran (1948-2019) yang dimulai Sabtu (23/022019), diawali dengan kunjungan Ikatan Keluarga Akademi Militer (IKAM) Yogyakarta ke Akademi Militer Magelang. Pada kesempatan ini Letjen (Purn) Sajidiman Surjohadiprodjo, alumnus Akademi Militer Yogya 1948 memberikan ceramah kepada para taruna di Gedung Lily Rochly Akmil Magelang.
Dalam ceramahnya Sajidiman menekankan peringatan Pertempuran Pelataran ini untuk mengingatkan anak bangsa, khususnya kaum muda bahwa NKRI memerlukan pengabdian warga negara, khususnya para pemuda untuk menjaga kedaulatan dan kemerdekaan bangsanya. “NKRI akan terjaga masa depannya jika kaum muda mau peduli akan bangsanya, “ujar Sajidiman
Usai pemberian ceramah oleh Letjen (purn) Sajidiman, kemudian dilanjutkan penyerahan foto taruna MA Yogya yang gugur saat Perang Kemerdekaan. Selain itu juga kunjungan dilakukan ke laboratorium-laboratorium di Akmil Magelang yang mengabadikan nama-nama Taruna MA Yogya yang telah gugur. Kunjungan kemudian dilanjutkan ke Monumen Yudha Bhakti Taruna dan berakhir di Museum Taruna Abdoel Djalil.
Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Bahari Indroyono Soesilo mengatakan Peringatan 70 Tahun Pertempuran Plataran ini digelar oleh Kementerian Pariwisata, Kemenko Kemaritiman, bersama IKAM Yogya, Akmil Magelang, serta Dinas Kebudayaan Provinsi DIY bersama masyarakat.
Menurut Indroyono kegiatan ini selain bertujuan memperkenalkan destinasi Wisata Perjuangan kepada masyarakat juga untuk memberikan inspirasi dan semangat kepada generasi saat ini dan yang akan datang. “Jejak- jejak sejarah ini kita angkat untuk mengingatkan generasi saat ini betapa perjuangan pahlawan kita dalam membela bangsanya begitu gigih dan tanpa pamrih. Mereka rela berkorban nyawa. Semangat ini yang harus kita tumbuhkan pada generasi muda kita saat ini dan yang akan datang,” kata Indroyono ditemui saat gala dinner bersama IKAM di Grand Keisha Hotel, Sleman, Sabtu (23/02/2019) malam.
Lebih jauh Indroyono yang juga penasihat Menteri Pariwisata mengatakan jika dikaitkan dengan pariwisata, ini merupakan bagian dari atraksi. “Kita inginkan sebuah narasi dari jejak-jejak sejarah yang dikemas menarik dan menjadi bagian dari atraksi pariwisata,” ujar Indroyono.
Menurut Indroyono ke depan bisa saja menggelar sebuah forum diskusi dengan keturunan Belanda yang terlibat dalam pertempuran di plataran. “Di Belanda mereka juga punya bukunya sebagai catatan sejarah dan cocok dengan data yang ada di kita yang diambil dari buku pejuang MA Yogya. Akan menarik jika ini bisa terjadi,” ujar Indroyono
Meski begitu, kata Indroyono, sementara ini fokus IKAM ingin agar anak dan cucu keturunan para pejuang MA Yogya tahu dan memahami perjuangan kakek mereka. “Sementara ini kita inginkan anak-anak dan cucu para pejuang MA Yogya dulu yang kita kumpulkan,” kata Indroyono.
Ditemui di tempat yang sama Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultural Kemenpar Eshty Reko Astuty mengatakan peringatan sejarah di masa lalu bisa menjadi daya tarik kunjungan wisatawan. Imajinasi wisatawan akan diajak menapaki kejadian di masa lalu yang penuh heroik melalui tempat-tempat bersejarah. Salah satunya pertempuran di Plataran. “Tempat-tempat bersejarah yang menjadi jejak perjuangan kemerdekaan bisa diangkat menjadi tempat wisata yang menarik,” kata Eshty.
“Dengan narasi sejarah yang valid kita juga bisa mempromosikan wisata ini. Untuk lebih mengena ke generasi milenial, yang hidup di era digital, kita juga harus bisa mengemasnya ke dalam medsos,” ujar Eshty.
Menurut Eshty peringatan pertempuran pelataran ini juga sesuai dengan Program Pengembangan Destinasi Wisata Sejarah, serta sesuai program pelestarian sejarah MA Yogya oleh IKAM Yogya. “Diharapkan, di tahun-tahun mendatang peserta dari IKAM Yogya akan lebih banyak lagi dan melibatkan lebih banyak Generasi II dan III IKAM Yogya,” ujar Eshty.
Akademi Militer (MA) Yogya sendiri berdiri pada kurun 1945-1950 di ibukota perjuangan Yogyakarta dan menghasilkan tiga angkatan lulusan. Pada 11 November 1957, MA Yogya dibuka kembali sebagai Angkatan Keempat oleh Presiden Soekarno di Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang, yang saat ini dikenal sebagai Akademi Militer (AKMIL)
Upacara Peringatan 70 tahun Pertempuran Plataran dilaksanakan pada Minggu (24/02/2019) pagi di Monumen Perjuangan Taruna, di Plataran Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
Sebelumnya, para Taruna Akmil mengikuti pawai bersama masyarakat Plataran. Genderang Suling Taruna Akmil “CANKA LOKANANTA” juga tampil memeriahkan acara pawai rakyat ini.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, acara ini tak hanya mengenang sejarah dan pahlawan-pahlawan yang gugur di medan Perang Kemerdekaan. Tetapi sekaligus promosi destinasi wisata sejarah perjuangan di wilayah Ibu kota RI di masa perjuangan, yakni Yogyakarta.
“Destinasi wisata perjuangan akan dihadirkan dalam rangka memupuk jiwa patriotisme, cinta tanah air, dan semangat tidak mengenal menyerah pada generasi penerus Indonesia,” tandasnya. (Den/inf)