infobanten.id | Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah telah menggagas berdirinya kawasan wisata religi dengan menggunakan nama besar Syekh Nawawi Albantani yang berasal Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang.
“Kami menggagas Kawasan Wisata Religi Syekh Nawawi Albantani yang terintegrasi dan terkoneksi ke Kawasan Banten Lama atau eks Kesultanan Banten,” kata Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah usai rapat bersama dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya di Aula Tb Suwandi, Serang, Rabu.
Tatu mengungkapkan, integrasi wisata religi tersebut antara lain, pembangunan Pusat Kajian Kitab Kuning Syech Nawawi Albantani, Wisata Air Syekh Nawawi Albantani atau revitalisasi Kali Mati, Makom Sultan Ageng Tirtayasa, Makam Syekh Nawawi Albantani, Kawasan Terpadu Pesantren Modern, Kawasan Ziarah Tanara, hingga Kuliner Halal.
“Kecamatan Tanara adalah mata air kitab kuning, karya Syekh Nawawi Albantani, kami harus kembangkan dan lestarikan. Kemudian integrasi kawasan wisata religi ini terkoneksi ke kawasan eks Kesultanan Banten atau Masjid Agung Banten Lama di Kota Serang,” katanya.
Tatu menambahkan, Kawasan Wisata Religi Syekh Nawawi Albantani meliputi Kecamatan Tanara, Tirtayasa, dan Pontang. Berada di wilayah Kabupaten Serang bagian utara.
“Pengembangan kawasan wisata religi ini tidak lepas dari dukungan serta support KH. Ma’ruf Amin yang merupakan cicit Syekh Nawawi Albantani,” kata Tatu.
Pada rapat tersebut, hadir Menteri Pariwisata Arief Yahya dan sejumlah pejabat Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.
Ia menyatakan siap mendukung dan bersama Pemkab Serang mewujudkan kawasan wisata religi Syekh Nawawi Albantani. “Potensi wisata religi di Kabupaten Serang sudah ada, tinggal dikembangkan saja,” kata Arief dalam sesi diskusi.
Nama besar Syekh Nawawi Albantani tersohor hingga Tanah Suci Mekkah, bahkan karya-karya besarnya berupa kitab kuning menjadi rujukan para ulama dan pondok pesantren baik di Indonesia dan mancanegara.
Keilmuan serta nama besar Syekh yang berasal Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang dinilai perlu dilestarikan oleh pemerintah, sekaligus potensi pengembangan wisata religi. (*)