infobanten.id | Gunung Anak Krakatau kembali mengalami letusan sebanyak 576 kali, Sabtu (19/08/2018). Meski demikian, aktivitas di laut dan di udara masih aman. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau PVMBG, tinggi letusan bervariasi, dari 100 meter hingga 500 meter dari puncak kawah.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan resminya menjelaskan, gunung yang terletak di perairan Selat Sunda itu hampir setiap hari mengalami letusan. Untuk kejadian Sabtu itu, letusan terjadi dengan amplitude 23 hingga 44 mm dan durasi letusan 19-255 detik. Letusan disertai lontaran abu vulkanik, pasir, lontaran batu pijar, dan suara dentuman. “Secara visual, pada malam hari teramati sinar api dan guguran lava pijar. Hembusan berlangsung 80 kali kejadian, amplitude 5-30 mm dengan durasi 10-80 detik,” ujarnya.
Itu adalah letusan terbanyak kedua sejak peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau pada 18 Juni lalu. Letusan terbanyak terjadi pada 30 Juni lalu dengan letusan sebanyak 745 kali.
Status Gunung Anak Krakatau kini waspada (level II) dengan radius zona berbahaya di dalam radius dua kilometer. Status itu sudah dinyatakan sejak 26 Januari lalu hingga sekarang.
“Status waspada artinya aktivitas vulkanik di atas normal sehingga erupsi dapat terjadi kapan saja. Tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius dua kilometer,” ujarnya.
Ia melanjutkan, erupsi Gunung Anak Krakatau adalah hal yang biasa dan normal. Ibarat manusia, gunung tersebut masih dalam pertumbuhan. Gunung akan menambah tumbuhnya untuk lebih tinggi, besar dan lebih gagah dengan cara meletus.
“Gunung ini masih aktif meletus untuk tumbuh besar dan tinggi dengan melakukan erupsi. Tetapi, energi letusannya tidak besar,” ujarnya.
Masyarakat diimbau tetap tenang. BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG, dan BKSDA telah melakukan langkah antisipasi. Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan aktivitas di dalam radius dua kilometer dari puncak kawah. “Justru sesungguhnya ini adalah peluang untuk wisata dan edukasi gunung api. Tidak semua negara memiliki gunung api. Indonesia memiliki 127 gunung api aktif. Tiga belas persen gunung api aktif di dunia ada di Indonesia,” ujarnya. (*)