Begini Pentingnya Budaya Adat dalam Pernikahan

infobanten.id | Tidak sedikit budaya lokal yang mulai terkikis dan menghilang karena perkembangan zaman. Banyak adat istiadat dan warisan lokal yang sengaja dilindungi dan dipublikasikan supaya tetap lestari.

Salah satu cara melestarikan budaya lokal adalah pakaian adat yang dipakai saat upacara pernikahan.

Seperti yang dilakukan oleh perancang kebayakan pengantin, Vera Anggraini. Ketika membuat baju pengantin, dia selalu melihat detail dan ornamen baju daerah. Lalu, Vera berusaha mendekati pakem yang ada di setiap daerah.

“ Setelah itu, dimodifikasi dengan tren sekarang supaya bisa diterima kawula muda,” kata dia di Jakarta, ditulis Selasa 14 Agustus 2018.

Vera mengatakan ada perubahan kecil dari pemilihan warna busana, bahkan dari tata rias serta percampuran adat yang diinginkan oleh calon pengantin ‘jaman now’ untuk hari spesialnya.

Seperti yang terjadi pada pakaian adat Sumatra yang memiliki pakem berwarna emas. Namun, banyak pengantin ‘jaman now’ yang ingin mengganti warnanya menjadi perak.

Penata rias pengantin, Des Iskandar, mengatakan tradisi pernikahan yang harus dijaga, seperti paes Solo. Warnanya punya pakem sendiri.

“Biasanya, saya akan kasih tahu pengantinnya, tapi semuanya berbalik pada mereka,” kata dia.

Pemilik wedding organizer Multi Kreasi Enterprise, Emil Eriyanto, mengatakan banyak warga ingin menggunakan adat istiadat seutuhnya meskipun banyak tuntutan untuk berinovasi—inovasi ini berdampak besar pada pengikisan budaya lokal.

“Banyak orang yang kuliah atau kerja di luar negeri, mereka kembali ke Indonesia dan ingin menikah dengan adat lokal. Hanya saja, pengantin harus mengerti bahwa dengan adat, kita harus ‘nyemplung’ ke sebuah ritual dan perlu diskusi dengan pemangku adat,” kata Emil.

Penasihat Pakem Adat dan Penata Rias Pengantin, Mamie Hado, mengatakan penyatuan budaya dan adat istiadat lokal dan zaman now sangat lumrah. Asalkan sesuai dengan kadar dan aturan tertentu. Seperti halnya aksesoris yang cukup memiliki keringanan untuk dimodifikasi.

“Modifikasi budaya itu hal yang wajar. Tapi, diusahakan untuk menghadirkan unsur tradisional. 60 persen tradisional, 40 persen modern,” kata Mamie. (*)