infobanten.id | Pelaku usaha perempuan di Kabupaten Lebak, Banten akan mendapat pembinaan pembinaan kewirausahaan karena mereka mampu menyumbangkan pendapatan ekonomi keluarga sehingga lepas dari kemiskinan.
“Kami berharap melalui pembinaan kewirausahaan itu dapat memberikan motivasi tinggi untuk pelaku usaha perempuan,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Dedi Rahmat di Lebak, Kamis.
Pemerintah daerah mendorong kaum perempuan dapat mengembangkan kewirausahaan agar kehidupan keluarga mereka lebih baik dan sejahtera.
Saat ini, jumlah pelaku usaha perempuan di Kabupaten Lebak mencapai ribuan orang mulai perajin aneka kuliner, kerajinan anyaman, pedagang kios hingga pedagang keliling.
Kehadiran mereka tentu memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian keluarga sehingga mampu mengatasi urbanisasi dan kemiskinan.
Pemerintah daerah mengapresiasi ketangguhan pelaku usaha kaum perempuan baik warga Badui juga pedagang keliling yang usianya sudah udzur demi meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga.
“Kami tahun 2021 akan melakukan pembinaan kewirausahaan dan pelatihan diversifikasi produk bagi kaum perempuan guna mewujudkan kehidupan mereka menjadi lebih baik,” katanya.
Mak Sawi (70) seorang pedagang sayuran warga Desa Sangiang Tanjung Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak mengatakan dirinya hingga kini tetap masih berjualan keliling untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga agar lepas dari kemiskinan di tengah pandemi COVID-19.
Meski usia sudah udzur, namun masih kuat berjalan kaki sepanjang 20 kilometer/hari mulai berangkat pukul 08.00 WIB dan pulang ke rumah pukul 16.00 WIB.
Setiap hari, kata Mak Sawi, berjualan keliling masuk kampung, keluar kampung di pedalaman Kabupaten Lebak hingga menyeberang jembatan gantung.
Selain itu jika musim hujan harus hati-hati khawatir digigit ular berbisa dengan melintasi perkebunan karet dan semak belukar di wilayah Kecamatan Kalanganyar sampai Kecamatan Cimarga.
“Kami berjualan keliling itu kini bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan belum pernah kerawanan pangan,” katanya menjelaskan.
Menurut dia, selama ini, omzet pendapatan sejak adanya pandemi COVID-19 relatif stabil dengan keuntungan sekitar Rp85.000/hari dengan modal Rp2 juta.
Keuntungan sebesar itu bisa terpenuhi kebutuhan makan keluarga dan sisanya ditabung, karena suaminya sebagai buruh serabutan.
Sayuran yang dijual keliling itu, kata dia, dirinya setelah shalat subuh pergi ke Pasar Subuh Rangkasbitung untuk berbelanja komoditas sayuran dan lauk pauk.
“Kami berjual keliling itu hampir setiap hari habis terjual karena banyak pelanggan,” katanya.
Sementara itu, Mak Yayah (70), seorang perempuan warga Rangkasbitung Kabupaten Lebak mengaku dirinya berjualan hingga 38 tahun lalu hingga kini masih bertahan untuk kebutuhan ekonomi keluarga.
Selama ini, ia mengaku belum pernah mengalami kesulitan ekonomi keluarga setelah suaminya meninggal sejak 20 tahun lalu.
“Kami berjualan kue keliling itu mampu menanggung biaya hidup satu adik dan dua anak keponakan yang sudah yatim piatu,” katanya menjelaskan. (*)