infobanten.id | Warga Kelurahan Lebak Denok, Kota Cilegon, itu. Sambil mengobrol, mereka memasukkan air dari cekungan batu berdiamater 10 sentimeter ke dalam jeriken, Selasa, (15/8/2018).
Janah dan warga lain menyebut sumber mata air itu sebagai sumur umum. Tapi bentuknya tidak seperti sumur pada umumnya. Berbentuk lingkaran dengan diameter dan kedalaman bervariasi. Sumur yang dimaksud Janah dan warga Lebak Denok lainnya itu yaitu mata air yang keluar dari celah batu dan tertampung di cekungan batu berdiameter 10 sentimeter. Dan pada musim panas ini, sumber mata air itu benar-benar menjadi sumber air bagi warga.
Ada juga cekungan yang lebih besar. Namun, lebih mirip dengan kolam. Luasnya berkisar satu meter setengah dengan kedalaman satu meter. Menurut Janah, saat air melimpah, cekungan pertama tertutup oleh aliran air seperti sungai tetapi kecil. Sedangkan di cekungan kedua setengahnya terisi air jernih.
Air yang keluar dari celah batu itulah yang saat ini menjadi tumpuan warga Lebak Denok, khususnya di lingkungan Cipala untuk memenuhi kebutuhan air bersih saban hari. Warga harus sabar dan telaten memindahkan air sedikit demi sedikit menggunakan gayung ke dalam galon atau jeriken.
Untuk sampai ke sumur yang berada di Kampung Rambutan itu, Janah dan warga lain menempuh jarak 500 meter dari kampung terdekat. Selain itu, warga harus melewati trek yang sangat ekstrem. Tanjakan curam, tikungan, dan jurang di sisi kiri jalan harus dilalui. Ukuran jalan tidak lebar. Hanya setengah meter. Yang sedikit memudahkan warga, jalan itu sudah dilapisi paving block hingga lokasi sumur umum.
Selain jarak dan medan terjal, warga harus ekstrasabar. Untuk memenuhi air di jeriken, warga antre berjam-jam. Paling cepat dua jam, paling lama delapan jam. Menurut Janah, untuk satu jeriken membutuhkan waktu setengah jam. “Kalau lagi enggak kering mah paling berapa menit, airnya kan gede,” katanya
Janah bercerita ada empat sumur di Lingkungan Cipala. Menurutnya, masing-masing RT memiliki sumur masing-masing. Keempat itu di antaranya di Kampung Rambutan, Kampung Gede, Kedokan, dan Batu Payung. Saat ini kondisi keempat sumur itu sama, kekeringan.
Lingkungan Cipala memang berada di dataran tinggi. Untuk menuju lingkungan itu harus menempuh jarak berkilo-kilo meter dari jalan utama. Treknya menantang. Di sepanjang perjalanan, hamparan laut dan daratan bisa terlihat jelas.
Rumsiah, warga Lebak Denok lain mengaku selama mengalami kekeringan, warga baru mendapatkan sekali bantuan air bersih dari pemerintah. Bantuan itu diterima akhir bulan lalu sebanyak dua mobil tangki. “Cuma airnya enggak enak yah itu mah, beda kaya yang di sini (sumur Kampung Rambutan-red),” tutur Rumsiah sambil memasukkan air ke dalam jeriken.
Bantuan air sangat dibutuhkan warga dalam kondisi seperti ini. Biasanya, kekeringan akan terjadi selama beberapa bulan ke depan, bisa sampai Oktober. “Dulu pernah bikin saluran, tapi sudah rusak itu,” ujarnya.
Sekretaris Camat Pulomerak Faturohman bercerita, kekeringan kerap terjadi setiap tahun di lingkungan itu. Pada 2017 pernah dibuat sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air warga. Namun, ia mengaku baru tahu jika sumur itu saat ini mengalami kerusakan. “Kita sudah sampaikan ke bidang perairan di Dinas PUTR, kami berharap segera diperbaiki,” ujarnya.
Disinggung soal penyebab kerusakan sumur bor itu, pria yang akrab disapa Oman itu mengaku belum tahu. Ia mengaku akan terus berkoordinasi dengan Dinas PUTR menyikapi persoalan itu. “Kita berharap segera teratasi,” ujarnya. (*)